... Kidung sunda di jadikan bacaan bagi siswa-siswa AMS- sekolah setingkat SMA sekarang..
Kita bisa membuat interpetasi atas adanya fenomena ini,
Apakah motivasi pemerintah kolonial menerbitkan dan menjadikan buku ini sebagai bacaan siswa,..
Dugaan pun muncul:
Pemerintah kolonial sudah terbiasa melakukan politik devide et impera (adu domba/pecah dan kuasai) sengaja menghidupkan konflik antar suku ( Sunda dan Jawa ) dan memelihara dendam sejarah' ini dengan menerbitkan naskah yang memanas-manasi hati orang Sunda.
Jangan lupa bahwa bersamaan dengan itu ditiup-tiupkan pula pamali, pamali laki-laki Sunda menikah dengan perempuan Jawa.
Dendam sejarah sangat berbahaya jika terus dipelihara, tidak mendapatkan keuntungan apa-apa kecuali dendam itu sendiri.
Kesimpulan akhir;
Peristiwa Pasunda Bubat dalam naskah serat pararaton adalah peristiwa sejarah yang terjadi di lapangan Bubat yang terletak di utara ibukota Majapahit Trowulan pada tahun 1357, ketika Prabu Maharaja, Raja Sunda Galuh mengantarkan putrinya, Dyah Pitaloka Citraresmi yang dilamar oleh Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk untuk menjadi permaisuri,
Namun karena Raja Hayam Wuruk sudah di pertunangkan dengan sepupunya Indudewi,
Orang tua Hayam Wuruk, Tribuwanatunggadewi,diduga telah membuat Gajah Mada bertindak untuk menggagalkan perkawinan itu dan memaksa agar Dyah Pitaloka mau menjadi selir Hayam Wuruk dan dianggap sebagai upeti.
Kemungkinan Gajah Mada mempunyai motivasi lain yaitu mewujudkan sumpah Amukti Palapanya untuk mengalahkan Raja Sunda dengan memanfaatkan situasi tersebut.
Demi mempertahankan harga diri Prabu Maharaja dan pasukannya memilih untuk melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan.
Terjadilah tragedi terbesar dalam sejarah Kerajaan Sunda: semua rombongan Raja Sunda gugur di Bubat.
Tetapi Kerajaan Sunda tetap menjadi kerajaan yang merdeka hingga hancur pada tahun 1579 karena serbuan Banten.
Ada upaya-upaya dari pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mempertajam konflik Sunda-Jawa dengan menerbitkan naskah Kidung Sunda yang mengekploitasi kisah tragis tersebut sehingga menimbulkan dendam sejarah pihak Sunda kepada Jawa.
Semoga tulisan dari Guru Besar UNPAD ini dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat Sunda, Jawa dan Indonesia pada umumnya.
Urang Sunda dapat memaafkan dan berdamai dengan masa lalu.
Biarlah rekonsiliasi berjalan secara alamiah, karena waktu jugalah yang menyimpan kisah ini di museum masa lalu.
Kita bisa membuat interpetasi atas adanya fenomena ini,
Apakah motivasi pemerintah kolonial menerbitkan dan menjadikan buku ini sebagai bacaan siswa,..
Dugaan pun muncul:
Pemerintah kolonial sudah terbiasa melakukan politik devide et impera (adu domba/pecah dan kuasai) sengaja menghidupkan konflik antar suku ( Sunda dan Jawa ) dan memelihara dendam sejarah' ini dengan menerbitkan naskah yang memanas-manasi hati orang Sunda.
Jangan lupa bahwa bersamaan dengan itu ditiup-tiupkan pula pamali, pamali laki-laki Sunda menikah dengan perempuan Jawa.
Dendam sejarah sangat berbahaya jika terus dipelihara, tidak mendapatkan keuntungan apa-apa kecuali dendam itu sendiri.
Kesimpulan akhir;
Peristiwa Pasunda Bubat dalam naskah serat pararaton adalah peristiwa sejarah yang terjadi di lapangan Bubat yang terletak di utara ibukota Majapahit Trowulan pada tahun 1357, ketika Prabu Maharaja, Raja Sunda Galuh mengantarkan putrinya, Dyah Pitaloka Citraresmi yang dilamar oleh Raja Majapahit Prabu Hayam Wuruk untuk menjadi permaisuri,
Namun karena Raja Hayam Wuruk sudah di pertunangkan dengan sepupunya Indudewi,
Orang tua Hayam Wuruk, Tribuwanatunggadewi,diduga telah membuat Gajah Mada bertindak untuk menggagalkan perkawinan itu dan memaksa agar Dyah Pitaloka mau menjadi selir Hayam Wuruk dan dianggap sebagai upeti.
Kemungkinan Gajah Mada mempunyai motivasi lain yaitu mewujudkan sumpah Amukti Palapanya untuk mengalahkan Raja Sunda dengan memanfaatkan situasi tersebut.
Demi mempertahankan harga diri Prabu Maharaja dan pasukannya memilih untuk melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan.
Terjadilah tragedi terbesar dalam sejarah Kerajaan Sunda: semua rombongan Raja Sunda gugur di Bubat.
Tetapi Kerajaan Sunda tetap menjadi kerajaan yang merdeka hingga hancur pada tahun 1579 karena serbuan Banten.
Ada upaya-upaya dari pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk mempertajam konflik Sunda-Jawa dengan menerbitkan naskah Kidung Sunda yang mengekploitasi kisah tragis tersebut sehingga menimbulkan dendam sejarah pihak Sunda kepada Jawa.
Semoga tulisan dari Guru Besar UNPAD ini dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat Sunda, Jawa dan Indonesia pada umumnya.
Urang Sunda dapat memaafkan dan berdamai dengan masa lalu.
Biarlah rekonsiliasi berjalan secara alamiah, karena waktu jugalah yang menyimpan kisah ini di museum masa lalu.
Bagian pertama
--00-